MAKALAH
PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mata Kuliah
PAK Dalam Masyarakat Majemuk

Disusun Oleh:
Nama :
Sayani Hia
Semester : IV
(Empat)
NIM :130203
Mata Kuliah :PAK Dalam Masyarakat Majemuk
Dosen :
Pdt. Joula S. M.Th
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHESDA
BEKASI 2014
KATA
PENGANTAR
Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yesus
yang Maha Kasih atas pimpinan-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Dalam kehidupan di bumi ini, terkadang manusia sering merasa di pisahkan dengan
yang lain. Hal itu terjadi oleh berbagai faktor yang terjadi di dalam kehidupan
manusia baik dari segi budaya, ras, faktor sosial, dan agama. Mau tidak mau manusia harus menerima
keanekaragaman tersebut. Keanekaragaman itulah yang disebut dengan kemajemukan.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang
kemajemukan dan model Pengajaran PAK yang sesuai dengan kemajemukan yang
terjadi di Indonesia saat ini. Harapan penulis semoga makalah ini menjadi
berkat bagi pembaca dan mempermuliakan nama Tuhan.
=God
Bless=
Bekasi, 22
mei 2014
Penulis
Sayani Hia
DAFTAR ISI
I.
MASYARAKAT MAJEMUK DAN PLURALISME .................................................... 1
1.
MASYARAKAT
MAJEMUK .................................................................... ..... 1
2.
MASYARAKAT
PLURALISME ................................................................... .... 2
3.
PERSAMAAN DAN
PERBEDAAN MASYARAKAT MAJEMUK
DAN
PLURALISME
................................................................................. ... 3
4.
REALITAS
MASYARAKAT MAJEMUK ..................................................... ... 4
5.
DASAR TEOLOGIS
MASYARAKAT MAJEMUK .......................................... 5
II.
MODEL PAK YANG MULTIKULTUR DAN INKLUSIF
......................................... 7
1.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN MULTIKULTUR ............................................ ... 7
2.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN INLKUSIF..................................................... .. 7
3.
CONTOH MODEL
PENDIDIKAN MULTIKULTUR DAN INKLUSIF ............... 8
III.
PRESENTASI
1.
LATAR BELAKANG
PLURALISME ........................................................... .. 10
2.
STRATEGI PAK
.................................................................................... .. 10
3.
SIKAP YANG
DIHINDARI DAN DILAKUKAN ............................................. ... 11
IV.
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
..................................................................................... .. 12
2.
SUMBER BUKU
.................................................................................. .. 12
BAB I
MASYARAKAT
MAJEMUK DAN PLURALISME
1.
MASYARAKAT MAJEMUK
Masyarakat dalam arti luas adalah keseluruhan
dari semua dalam hidup bersama dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa,
dan lain-lain. Masyarakat dalam arti sempit adalah sekelompok manusia yang
dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Jadi, pengertian masyarakat secara umum
adalah kelompok manusia yang telah lama tinggal dalam suatu daerah tertentu dan
memiliki aturan bersama untuk mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan
bersama.
Masyarakat
majemuk yaitu masyarakat Indonesia yang ditandai dengan kenyataan adanya
keragaman kesatuan sosial yang berdasarkan ras, suku, adat istiadat, budaya dan
agama. Kriteria klasifikasi suatu ras
digunakan berdasarkan ciri-ciri biologis atau fisik. Secara garis besar
tanda-tanda fisik yang digunakan adalah bentuk badan, bentuk kepala, raut muka,
bentuk hidung, warna kulit dan bentuk rambut. Ras ditandai dengan adanya
ciri-ciri fisik, dapat dibedakan empat kelompok ras yaitu papua melanesoid,
negroid, weddoid, dan melayu mongoloid.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dikatakan
masyarakat yang majemuk. Namun, masyarakat Indonesia tetap memilki satu status
dan kedudukan yang sama yakni sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki hak
dan kewajiban yang sama sebagai warga negara Indonesia, yang dituntut untuk
selalu bersatu tanpa mempedulikan berbagai perbedaan yang ada demi menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian
masyarakat majemuk, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Depdiknas tahun
2002, Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi dalam kelompok
persatuan yang sering memilki kebudayaan yang berbeda.
b.
Soekanto tahun
2001, Masyarakat majemuk yaitu kemajemukan budaya, dengan kelompok etnik dan
minoritas serta terpelihara identitasnya dalam suatu masyarakat.
c.
Ilmu sosial, Masyarakat
majemuk adalah suatu keadaan masyarakat dimana setiap kelompok kebudayaan
memilki lembaga-lembaga yang berkaitan dengan setiap bidang kehidupan kecuali
politik, dimana lembaga setiap kelompok kebudayaan tertentu memegang kekuasaan
dalam masyarakat yang bersangkutan.
d.
Konteks politik,
Masyarakat majemuk adalah suatu sistem yang memungkinkan semua kepentingan
dalam masyarakat bersaing secara bebas untuk mempengaruhi proses politik,
sehingga terhindar dari terjadinya suatu kelompok mendominasi kelompok yang
lain.
Masyarakat majemuk atas dasar pengertian
tersebut dibedakan atas tiga kategori yaitu:
·
Kemajemukan
sturuktural, dominasi politik dipegang oleh suatu kelompok tertentu.
·
Kemajemukan
sosial, suatu keadaan dimana hak dan kewajiban tersebar secara merata diantara
kelompok sosial yang ada.
·
Kemajemukan
budaya, seluruh warga masyarakat merupan bagian dari publik tanpa memperhatikan
identifikasi yang ideal maupun yang nyata.
Jadi, masyarakat majemuk adalah suatu keadaan
masyarakat yang terdiri dari berbagai kepentingan dan kebudayaan yang
berdeba-beda yang melebur dan membentuk satu kesatuan yang mempunyai tujuan dan
cita-cita yang sama.
2.
MASYARAKAT PLURALISME
Pluralisme adalah sebuah kerangka
dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling
menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (konsistensi)
serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi.
Sebenarnya berbicara tentang konsep
pluralisme, sama halnya membicarakan tentang sebuah konsep kemajemukan atau
keberagaman, dimana jika kita kembali pada arti pluralisme itu sendiri bahwa
pluralisme itu merupakan suatu kondisi masyarakat yang majemuk.
Kemajemukan disini dapat berarti
kemajemukan dalam beragama, sosial dan budaya. Namun yang sering menjadi isu
terhangat berada pada kemajemukan beragama. Pada prinsipnya, konsep pluralisme
ini timbul setelah adanya konsep toleransi. Jadi ketika setiap individu
mengaplikasikan konsep toleransi terhadap individu lainnya maka lahirlah
pluralisme itu. Dalam konsep pluralisme-lah bangsa Indonesia yang beraneka
ragam ini mulai dari suku, agama, ras, dan golongan dapat menjadi bangsa yang
satu dan utuh.
Pluralisme sering diartikan sebagai
paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban
dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme didasarkan pada sebuah keinginan untuk
melenyapkan klaim kebenaran (truth claim) yang dianggap menjadi pemicu
munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal,
serta penindasan atas nama agama.
Menurut kaum pluralis, konflik dan
kekerasan dengan mengatasnamakan agama baru sirna jika masing-masing agama
tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar. Lahirnya gagasan mengenai
pluralisme (agama) sesungguhnya didasarkan pada sejumlah factor:
a.
Adanya keyakinan masing-masing pemeluk agama
bahwa konsep ketuhanannyalah yang paling benar dan agamanyalah yang menjadi
jalan keselamatan. Masing-masing pemeluk agama juga meyakini bahwa merekalah
umat pilihan. Menurut kaum pluralis, keyakinan-keyakinah inilah yang sering
memicu terjadinya kerenggangan, perpecahan bahkan konflik antar pemeluk agama.
Karena itu, menurut mereka, diperlukan gagasan pluralisme sehingga agama tidak
lagi berwajah eksklusif dan berpotensi memicu konflik.
b.
Faktor kepentingan ideologis dari Kapitalisme
untuk melanggengkan dominasinya di dunia.
c.
Pluralisme juga menunjukkan hak-hak individu
dalam memutuskan kebenaran universalnya masing-masing.
3.
PERSAMAAN DAN
PERBEDAAN MASYARAKAT MAJEMUK DAN PLURALISME
Setelah mengetahui pengertian
masyarakat majemuk dan masyarakat pluralisme di atas, maka terdapat persamaan
dan perbedaan. Dari pengertian tersebut maka penulis menyimpulkan persamaan
antara masyarakat majemuk dan pluralisme adalah sebagai berikut:
a.
Pembahasan antara masyarakat majemuk dan
pluralisme tidak lepas dari keanekaragaman seperti budaya, suku, ras, status
sosial dan agama.
b.
Tujuan yang hendak dicapai adalah sama yaitu
kesejahteraan bersama dan tidak membeda-bedakan.
c.
Hidup di dalam kemajemukan dan pluralisme
selalu menuntut manusia untuk saling bersolidaritas dan menerima perbedaan itu
sebagai suatu keindahan.
d.
Kerjasama diarahkan untuk mengedepankan tujuan
bersama.
e.
Adanya kemajemukan dan
pluralisme merupakan suatu fakta sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang
tidak dapat ditolak dalam sejarah hidup manusia, baik secara lokal maupun
nasional dan internasional.
Berbicara
kemajemukan sama halnya dengan pluralisme. Meskipun demikian, di tengah
kesamaan itu pasti ada yang membedakan antara kemajemukan dan pluralisme yang
bisa menjadi suatu pertimbangan dan membuat manusia lebih peka dengan perbedaan
tersebut. Perbedaan kemajemukan dan pluralisme adalah sebagai berikut:
a. Kemajemukan
mencakup keanekaragaman ras, budaya, suku dan agama. Sedangkan pluralisme lebih
menonjol dalam hal perbedaan agama.
b. Kemajemukan
menuntut untuk membentuk satu kesatuan tanpa melihat perbedaan. Sedangkan
pluralisme menunjuk kearah saling menghormati dan toleransi.
c. Kemajemukan
bersifat umum, sedangkan pluralisme bersifat religius.
4.
REALITAS DARI
MAYARAKAT MAJEMUK DAN PLURALISME
Dalam konteks
pemahaman pluralisme sebagaimana yang dipaparkan di atas, jelas bahwa Indonesia
memiliki keanekaragaman atau kebhinekaan dalam aspek-aspek berikut ini:
a.
Suku, yaitu di
Indonesia terdapat 300 kelompok etnis dan sub etnis dengan beragam perbedaan
bahasa dan dialek. Juga terdapat keturunan Cina, Arab, dan India yang hidup
secara turun temurun di Indonesia.
b.
Agama, di Indonesia
terdapat beberapa agama yang diakui Negara yaitu:
·
Agama Islam. Di
Indonesia Agama Islam terbagi kedalam beberapa kelompok, yaitu Nahdatul Ulama,
Muhamadyah, Persis, dan lain-lain.
·
Kristen, yaitu
Katolik, Protestan dengan beberapa aliran yaitu Protestan arus Lutheran,
Calvinis (Reformed, Presbyterian), Anglikan (Episkopal), Mennonit, Baptis,
Metodis, Pentakostal, Kharismatik, Injili (Evangelical), Bala Keselamatan,
Adventis, dan beberapan aliran yang masih dihubungkan dengan Kristen yaitu
Saksi Jehova (Menara Pengawal), Mormon (tidak ada di Indonesia), Christian
Science, Scientology, Gerakan zaman baru.
·
Hindu, Budha.
·
Kong Fu Cu, dan Agama-agama
suku yang beraneka ragam.
d.
Budaya, terdapat
beragam budaya di Indonesia. Pola kebudayaan yang berlandaskan penanganan
penanaman padi dengan system irigasi (sawah), pola kebudayaan yang didasarkan
pada penanganan penanaman padi dengan system perladangan. Selain dua kebudayaan
ini, ada pengaruh kebudayaan dari luar seperti pengaruh kebudayaan Hindu dan
Budha, kebudayaan yang dipengaruhi Islam, Kristen dan Kong Fu Cu.
e.
Bahasa, di Indonesia
terdapat 250 bahasa, dan 30 kelompok etnis.
f.
Pulau, di Indonesia
terdapat kurang lebih 13.667 pulau. Ada pulau-pulau besar dan kecil.
g.
Ekonomi yaitu adanya
beragam variasi mulai dari system pertanian sampai industri modern, lembaga
keuangan juga bervariasi mulai dari system permodalan bank keliling (rentenir,
tengkulak) sampai bank modern, juga akhir-akhir ini bank syariah, sosial yaitu
dari segi demografi, penduduk Indonesia tersebar di desa terpencil yang
homogeni sampai kota yang heterogen dengan tingkat status sosial yang berbeda
(yang kaya bertambah kaya, yang miskin dimiskinkan) maupun politik.
Pokok-pokok di atas itulah yang dimaksudkan dengan realitas pluralisme
masyarakat Indonesia. Realitas pluralisme demikian sering membuat masyarakat
Indonesia rentang bahkan rawan terhadap konflik yang sering menelan korban,
khususnya korban jiwa. Salah satu unsur pluralisme Indonesia yang rawan
terhadap konflik adalah pluralisme agama. Adanya konflik di daerah-daerah
tertentu karena alasan agama. Pemeluk Agama yang satu mengklaim agamanya yang
paling benar, agama di luar dirinya adalah sesat/tidak benar bahkan dianggap
kafir. Hal-hal ini menyebabkan harmonisasi kehidupan bermasyarakat sering
mengalami konflik.
Dalam konteks demikian bagaimana melaksanakan Pendidikan Agama Kristen.
Salah satu solusinya adalah melalui mata kuliah “PAK dalam Masyarakat Majemuk”.
Dengan kata lain, bagaimana melaksanakan Pendidikan Agama Kristen dalam
hubungannya dengan sesama manusia yang tidak seiman namun tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan bersama dalam sebuah Negara yang dikenal dengan
masyarakat majemuk (masyarakat pluralis).
5.
DASAR TEOLOGIS DARI MASYARAKAT MAJEMUK
Dasar teologis
tentang masyarakat majemuk dalam uraian ini tidak bersifat biblika yaitu
mencari refrensi ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan masyakat majemuk,
kemudian dicari makna aslinya (eksegesis). Usaha eksegesis itu sangat penting.
Akan tetapi dalam usaha memahami dasar teologis tentang masyarakat Pluralisme
Indonesia, penulis menggunakan
pendekatan teologis. Yang di maksudkan dengan pendekatan teologis yaitu
pembicaraan topik-topik tertentu secara lintas teks Alkitab, usaha memahami
lintas teks ini bermaksud merangkum pemahaman tentang masyarakat majemuk.
Ketika membicarakan
masyarakat majemuk, manusia perlu meletakkan percakapan masyarakat majemuk
dalam dasar yang disebut dengan dasar teologis. Jika demikian apa dasar
teologis dalam masyarakat majemuk. Ada beberapa dasar teologis tentang
masyarakat majemuk seperti yang dijelaskan berikut ini:
a.
Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai ciptaan
Alkitab memulai kesaksiannya tentang masyarakat majemuk dengan dua manusia
pertama, yaitu Adam dan Hawa (bnd. Kej. 2) dari sinilah awal kemajemukan dalam
kehidupan manusia. Ini semata-mata baik supaya manusia saling menolong. Selain itu
perkembangan manusia melahirkan perbedaan-perbedaan dalam sosial, budaya,
kekuasaan (politik), ekonomi dan lain-lain. Tegasnya Alkitab menyaksikan
tentang masyarakat majemuk yang dimulai dengan Adam dan Hawa, Kain, Habel, Set,
Nuh, Abraham dan seterusnya sampai umat Israel. Tegasnya secara teologis
anggota dari masyarakat majemuk yaitu manusia adalah ciptaan Tuhan. Kitab Kejadian
dan kitab-kitab dalam Alkitab membenarkan hal itu. Manusia dari suku, budaya, tingkat
sosial, agama manapun, tetap manusia adalah ciptaan TUHAN.
b.
TUHAN memperhatikan semua manusia
Hal ini dapat di lihat dalam Kasus Yunus yang diutus ke Niniwe. TUHAN memberi
perhatian terhadap lingkungan luar yaitu Niniwe dengan jalan mengutus Yunus
salah satu anggota lingkungan dalam (umat pilihan) untuk menyatakan perhatian
Tuhan terhadap orang lain (warga Niniwe) Yunus pasal 1.
c.
Rencana keselamatan bagi semua bangsa
Dalam Yoh. 3:16 di katakan bahwa karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini. Disini terlihat bahwa rencana keselamatan itu bukan hanya untuk bangsa
pilihan (Israel) melainkan untuk semua orang. Allah tidak membeda-bedakan
manusia (Allah tidak pilih kasih). Allah tidak hanya mengasihi orang Kristen
melainkan Allah menerima semua orang tanpa memandang bangsa atau agama.
BAB
II
MODEL
PAK YANG MULTIKUTUR DAN INKLUSIF
1.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN MULTIKULTUR
Pendidikan
multicultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan.
Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi yang berarti banyak, kultur
berarti budaya, dan isme berarti
aliran/paham. Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat
manusia yang hidup dalam komunitas dengan kebudayaan masing-masing yang unik.
Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa
bertanggungjawab untuk hidup bersama komunitasnya.
Pendidikan
multicultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang keanekaragaman
cultural, hak-hak asasi manusia, serta pengurangan atau penghapusan berbagai
jenis prasangka untuk membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju.
Pendidikan multicultural juga dapat diartikan strategi/perencanaan untuk
mengembangkan kesadaran akan kebanggaan seseorang terhadap bangsanya. Di
Indonesia pendidikan multicultural relative baru dikenal sebagai suatu
pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang hetrogen,
plural, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi yang diberlakukan sejak
1999.
2.
PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF
Pengertian
inklusif digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan
sebuah lingkungan yang semakin terbuka; mengajak masuk dan mengikutsertakan
semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan,
status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya. Terbuka dalam konsep
lingkungan inklusif, berarti semua orang yang tinggal, berada dan beraktivitas
dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat merasa aman dan nyaman
mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya. Jadi, lingkungan inklusif adalah
lingkungan sosial masyarakat yang terbuka, ramah, meniadakan hambatan dan
menyenangkan karena setiap warga masyarakat tanpa terkecuali saling menghargai
dan merangkul setiap perbedaan.
Melihat kemajemukan yang ada di
Indonesia maka pendidikan agama yang cocok adalah pendidikan agama yang
inklusif. Pendidikan inklusif adalah para murid diajak untuk merefleksikan
realitas kemajemukan. Pendidikan inklusif berarti pengajaran agama harus lebih
menekankan nilai-nilai pluralisme dan kebersamaan. PAK harus membebaskan murid
dari sekat-sekat primordial. Jangan sampai PAK melemahkan kemampuan
bertoleransi dan menguatkan fanatisme.
3.
CONTOH MODEL PAK
YANG MULTIKULTUR DAN INKLUSIF
a.
Contoh PAK yang
Multikultur
Pertentangan
etnis yang terjadi di negeri ini mengajarkan betapa pentingnya pendidikan
multicultural dan bagi masyarakat. Pada sentra-sentra kebudayaan, seperti
kota-kota besar, di mana hidup berbagai macam etnis di dalamnya, pertemuan
antar kebudayaan merupakan persoalan yang menarik. Pada prinsipnya, pendidikan
multicultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan. Untuk mendisain Pendidikan multicultural
secara praktis memang tidak mudah. Akan tetapi untuk mewujudkan pendidikan
multicultural maka perlu diperhatikan dua model:
1. Dialog. Pendidikan multicultural tidak mungkin berlangsung tanpa dialog.
Dalam pendidikan multicultural, setiap perbedaan dan kebudayaan yang ada berada
dalam posisi yang sejajar dan sama. Tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi dari
kebudayaan yang lain. Dialog meniscayakan adanya persamaan dan kesamaan di
antara pihak-pihak yang terlibat. Anggapan bahwa kebudayaan tertentu lebih
tinggi (superior) dari kebudayaan lain akan melahirkan: fasisme, nativisme, dan
chauvinisme. Melalui dialog, diharapkan terjadi sumbang pemikiran yang pada
gilirannya akan memperkaya kebudayaan atau peradaban yang bersangkutan.
Kebudayaan manusia pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang sama, yang berbeda
hanyalah kemasan budaya. Dialog diharapkan dapat mencari titik-titik persamaan
sambil memahami titik-titik perbedaan antar kebudyaan. Bila hal ini tebangun
maka terjalin relasi harmonis antar perbedaan dan kebudayaan yang ada.
2. Toleransi. Toleransi adalah sikap menerima bahwa orang lain berbeda dengan
kita. Dialog dan toleransi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Bila dialog itu bentuknya, toleransi itu isinya. Sistem pendidikan kita selama
ini terlalu menitikberatkan pada pengkayaan pengetahuan dan keterampilan tetapi
mengabaikan penghargaan atas nilai-nilai budaya dan tradisi bangsa.
Pendidikan
multikultural harus dimulai dari keluarga, sekolah, gereja, dll. Contoh
penerapan pendidikan multikultural dalam keluarga adalah mengajar anak menonton
mimbar agama lain. Dari situ anak diajak untuk memahami nilai-nilai yang sama
atau yang berbeda dan memberikan pengertian kepada anak tersebut supaya dia
bisa menerima perbedaan dan persamaan tersebut.
Contoh penerapan pendidikan
multikultural di sekolah adalah peserta didik diajak untuk melihat nilai budaya
lain sehingga peserta didik mengerti dan bisa menghargai yang berbeda budaya.
Kelas di dekorasi dengan nuansa yang multikultur sehingga anak didik yang
berbeda budaya tidak merasa di tolak.
b.
Contoh PAK yang
Inklusif
Untuk membebaskan murid dari
sekat-sekat primordial, pendidikan agama harus inklusif. Metode dialogis dan
tidak indoktrinatif, mengajak murid untuk merefleksikan realitas kemajemukan
dan menggali nilai-nilai spritualitas sosial. Materi pelajaran di sekolah harus
bernuansa inklusif.
Contoh PAK yang inklusif di sekolah
yaitu murid dibiasakan pertanyaan “Bagaimana menjadi sesama bagi orang lain?”,
bukan selalu bertanya “Siapakah sesamaku?”. Dalam hal ini, Kitab Suci dan
tradisi religius kaya dalam memberikan motivasi bagaimana hidup sebagai sesama
dan menjadi sesama bagi orang lain.
PAK di sekolah harus di kembangkan
guna menghasilkan insan muda yang tahu mengharigai perbedaan dan peka akan
nilai-nilai kemanusiaan universal. Pendidikan agama harus memberi wawasan
tentang kehidupan secara utuh. Murid juga harus menyadari bahwa tujuan hidup
tertinggi adalah mengabdi kepada sesama.
BAB
III
PRESENTASI
1.
LATAR BELAKANG
PLURALISME DI INDONESIA
Pluralisme ada di Indonesia ditandai
dengan kehidupan manusia yang beranekaragam baik dari segi agama, budaya, warna
kulit, bentuk tubuh dan faktor sosial. Pluralisme adalah sikap menghargai,
menerima dan memandang agama lain sebagai agama yang baik dan memiliki jalan
keselamatan. Misalnya agama Kristen
mengakui keberadaan agama lain tetapi keselamatan hanya ada di dalam Yesus
Kristus.
Setiap umat beragama terpanggil untuk
membina hubungan solidaritas dialog dan kerjasama dalam mewujudkan kehidupan
yang lebih baik. Orang Kristen jangan terlalu fanatik melihat orang yang
berbeda agama dengan kita, tetapi kita harus bisa bergaul dan membuka diri dengan
mereka. Membuka diri bukan berarti mengikuti mereka tetapi kita harus bisa
berbagi dengan mereka. Sehingga dari kehidupan kita mereka bisa melihat dan
menilai bagiamana kehidupan orang Kristen itu.
2.
STRATEGI,
PENDEKATAN, SIKAP YANG PERLU DI HINDARI DAN
PERLU DILAKUKAN
Kasus: Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti
diperhadapkan dengan orang yang berbeda agama dengan kita contohnya tetangga
kita yang beragama Islam. Apa yang perlu
kita lakukan supaya kita tidak merasa di
asingkan oleh mereka dan sebaliknya? Atau dengan kata lain kita bisa menjalin
hubungan baik dengan mereka?
a.
Strategi
Strategi adalah cara/metode yang perlu
dilakukan untuk mencapai satu tujuan. Dari hasil presentasi ada beberapa
strategi yang perlu kita lakukan:
·
Membuat arisan
·
Menjalin kerjasama
·
Ketika berkomunikasi hindari pemakaian kata
Tuhan Yesus, cukup dengan kata Tuhan.
·
Mengadakan gotong royong
·
Ramah tamah
·
Terbuka
b.
Pendekatan
Pendekatan yang cocok kepada orang
yang berbeda agama adalah pendekatan dialogis. Dialog beranjak dari anggapan
bahwa tiap-tiap agama mempunyai tuntutan mutlak yang tidak dapat dipungkiri.
Pendekatan dialog bukan berarti penyelarasan semua keyakinan melainkan
pengakuan bahwa tiap-tiap orang beragama memiliki keyakinan yang teguh dan
mutlak. Selain itu, keyakinan-keyakinan itu berbeda. Dalam berdialog dengan
orang yang berbeda, dibutuhkan kematangan ego yang memadai supaya lawan bicara
tidak merasa kalau mereka di sesuaikan.
c.
Sikap yang perlu
dihindari
Hidup ditengah orang yang berbeda agama
membuat kita untuk lebih peka dengan sikap hidup sehari-hari. Supaya tidak
merasa di asingkan maka sikap yang perlu dihindari adalah:
·
Fanatisme
·
Suka membeda-bedakan
·
Egois
·
Memutar lagu rohani dengan volume yang sangat
besar
·
Mengejek agama lain
·
Tidak menerima pemberian orang lain
·
Sensitivisme
d.
Sikap yang harus
dilakukan
Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan
supaya orang yang berbeda dengan kita bisa menerima perbedaan dan membuat kita
nyaman adalah sebagai berikut:
·
Saling terbuka
·
Menerima perbedaan
·
Saling mengingatkan untuk kebaikan
·
Menerima teguran
·
Saling berbagi
·
Suka memberi
·
Tegur sapa
·
Saling membantu
BAB
IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada
interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati
dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (konsistensi) serta
membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi.
Hidup di tengah kemajemukan ini
mengajak manusia untuk senantiasa bertoleransi dengan orang yang berbeda.
Solidaritas sangat di junjung tinggi sehingga tujuan bersama bisa tercapai
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai seorang guru PAK, harus lebih
teliti dalam melakukan setiap pengajaran di sekolah sehingga anak didik dilatih
untuk tidak membeda-bedakan. Pendidikan multikultur sangat penting diterapkan
sejak dini, dan cara belajar yang inklusif adalah salah satu cara yang sesuai
untuk kemajemukan saat ini.
Sumber:
-
Internet
-
PAK dalam masyarakat majemuk, 2009, John M. Nainggolan, Bina Media
Informasi: Bandung
-
Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan, 2009, Daniel Stefanus, BMI: Bandung