Kamis, 22 Mei 2014

PAK dalam masyarakat majemuk



 

MAKALAH
PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mata Kuliah
PAK Dalam Masyarakat Majemuk

Disusun Oleh:
Nama               : Sayani Hia
                                                Semester          : IV (Empat)
NIM                :130203
Mata Kuliah     :PAK Dalam Masyarakat Majemuk
Dosen              : Pdt. Joula S. M.Th


SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHESDA
BEKASI 2014

 







KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yesus yang Maha Kasih atas pimpinan-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Dalam kehidupan di bumi ini, terkadang manusia sering merasa di pisahkan dengan yang lain. Hal itu terjadi oleh berbagai faktor yang terjadi di dalam kehidupan manusia baik dari segi budaya, ras, faktor sosial, dan agama.  Mau tidak mau manusia harus menerima keanekaragaman tersebut. Keanekaragaman itulah yang disebut dengan kemajemukan.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang kemajemukan dan model Pengajaran PAK yang sesuai dengan kemajemukan yang terjadi di Indonesia saat ini. Harapan penulis semoga makalah ini menjadi berkat bagi pembaca dan mempermuliakan nama Tuhan.
                                               
                                                            =God Bless=





Bekasi, 22 mei 2014
Penulis
Sayani Hia




DAFTAR ISI
I.              MASYARAKAT MAJEMUK DAN PLURALISME ....................................................          1
1.         MASYARAKAT MAJEMUK ....................................................................    .....       1
2.         MASYARAKAT PLURALISME ................................................................... ....        2
3.         PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MASYARAKAT MAJEMUK
DAN PLURALISME .................................................................................  ...         3
4.         REALITAS MASYARAKAT MAJEMUK .....................................................   ...         4
5.         DASAR TEOLOGIS MASYARAKAT MAJEMUK .......................................... 5
II.                   MODEL PAK YANG MULTIKULTUR DAN INKLUSIF .........................................            7
1.         PENGERTIAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR ............................................ ...         7
2.         PENGERTIAN PENDIDIKAN INLKUSIF.....................................................   ..          7
3.         CONTOH MODEL PENDIDIKAN MULTIKULTUR DAN INKLUSIF ...............            8
III.                   PRESENTASI
1.         LATAR BELAKANG PLURALISME ...........................................................   ..          10
2.         STRATEGI PAK ....................................................................................     ..          10
3.         SIKAP YANG DIHINDARI DAN DILAKUKAN ............................................. ...         11
IV.                   PENUTUP
1.         KESIMPULAN .....................................................................................      ..          12
2.         SUMBER BUKU ..................................................................................      ..          12







BAB I
MASYARAKAT MAJEMUK DAN PLURALISME
1.      MASYARAKAT MAJEMUK
Masyarakat dalam arti luas adalah keseluruhan dari semua dalam hidup bersama dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa, dan lain-lain. Masyarakat dalam arti sempit adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Jadi, pengertian masyarakat secara umum adalah kelompok manusia yang telah lama tinggal dalam suatu daerah tertentu dan memiliki aturan bersama untuk mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan bersama.
Masyarakat majemuk yaitu masyarakat Indonesia yang ditandai dengan kenyataan adanya keragaman kesatuan sosial yang berdasarkan ras, suku, adat istiadat, budaya dan agama. Kriteria klasifikasi suatu ras digunakan berdasarkan ciri-ciri biologis atau fisik. Secara garis besar tanda-tanda fisik yang digunakan adalah bentuk badan, bentuk kepala, raut muka, bentuk hidung, warna kulit dan bentuk rambut. Ras ditandai dengan adanya ciri-ciri fisik, dapat dibedakan empat kelompok ras yaitu papua melanesoid, negroid, weddoid, dan melayu mongoloid.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dikatakan masyarakat yang majemuk. Namun, masyarakat Indonesia tetap memilki satu status dan kedudukan yang sama yakni sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara Indonesia, yang dituntut untuk selalu bersatu tanpa mempedulikan berbagai perbedaan yang ada demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian masyarakat majemuk, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.        Depdiknas tahun 2002, Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi dalam kelompok persatuan yang sering memilki kebudayaan yang berbeda.
b.        Soekanto tahun 2001, Masyarakat majemuk yaitu kemajemukan budaya, dengan kelompok etnik dan minoritas serta terpelihara identitasnya dalam suatu masyarakat.
c.         Ilmu sosial, Masyarakat majemuk adalah suatu keadaan masyarakat dimana setiap kelompok kebudayaan memilki lembaga-lembaga yang berkaitan dengan setiap bidang kehidupan kecuali politik, dimana lembaga setiap kelompok kebudayaan tertentu memegang kekuasaan dalam masyarakat yang bersangkutan.
d.        Konteks politik, Masyarakat majemuk adalah suatu sistem yang memungkinkan semua kepentingan dalam masyarakat bersaing secara bebas untuk mempengaruhi proses politik, sehingga terhindar dari terjadinya suatu kelompok mendominasi kelompok yang lain.
Masyarakat majemuk atas dasar pengertian tersebut dibedakan atas tiga kategori yaitu:
·          Kemajemukan sturuktural, dominasi politik dipegang oleh suatu kelompok tertentu.
·          Kemajemukan sosial, suatu keadaan dimana hak dan kewajiban tersebar secara merata diantara kelompok sosial yang ada.
·          Kemajemukan budaya, seluruh warga masyarakat merupan bagian dari publik tanpa memperhatikan identifikasi yang ideal maupun yang nyata.
Jadi, masyarakat majemuk adalah suatu keadaan masyarakat yang terdiri dari berbagai kepentingan dan kebudayaan yang berdeba-beda yang melebur dan membentuk satu kesatuan yang mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama.

2.        MASYARAKAT PLURALISME
Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (konsistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi.
Sebenarnya berbicara tentang konsep pluralisme, sama halnya membicarakan tentang sebuah konsep kemajemukan atau keberagaman, dimana jika kita kembali pada arti pluralisme itu sendiri bahwa pluralisme itu merupakan suatu kondisi masyarakat yang majemuk.
Kemajemukan disini dapat berarti kemajemukan dalam beragama, sosial dan budaya. Namun yang sering menjadi isu terhangat berada pada kemajemukan beragama. Pada prinsipnya, konsep pluralisme ini timbul setelah adanya konsep toleransi. Jadi ketika setiap individu mengaplikasikan konsep toleransi terhadap individu lainnya maka lahirlah pluralisme itu. Dalam konsep pluralisme-lah bangsa Indonesia yang beraneka ragam ini mulai dari suku, agama, ras, dan golongan dapat menjadi bangsa yang satu dan utuh.
Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan klaim kebenaran (truth claim) yang dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama.
Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar. Lahirnya gagasan mengenai pluralisme (agama) sesungguhnya didasarkan pada sejumlah factor:
a.        Adanya keyakinan masing-masing pemeluk agama bahwa konsep ketuhanannyalah yang paling benar dan agamanyalah yang menjadi jalan keselamatan. Masing-masing pemeluk agama juga meyakini bahwa merekalah umat pilihan. Menurut kaum pluralis, keyakinan-keyakinah inilah yang sering memicu terjadinya kerenggangan, perpecahan bahkan konflik antar pemeluk agama. Karena itu, menurut mereka, diperlukan gagasan pluralisme sehingga agama tidak lagi berwajah eksklusif dan berpotensi memicu konflik.
b.        Faktor kepentingan ideologis dari Kapitalisme untuk melanggengkan dominasinya di dunia.
c.          Pluralisme juga menunjukkan hak-hak individu dalam memutuskan kebenaran universalnya masing-masing.

3.        PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MASYARAKAT MAJEMUK DAN PLURALISME
Setelah mengetahui pengertian masyarakat majemuk dan masyarakat pluralisme di atas, maka terdapat persamaan dan perbedaan. Dari pengertian tersebut maka penulis menyimpulkan persamaan antara masyarakat majemuk dan pluralisme adalah sebagai berikut:
a.        Pembahasan antara masyarakat majemuk dan pluralisme tidak lepas dari keanekaragaman seperti budaya, suku, ras, status sosial dan agama.
b.        Tujuan yang hendak dicapai adalah sama yaitu kesejahteraan bersama dan tidak membeda-bedakan.
c.         Hidup di dalam kemajemukan dan pluralisme selalu menuntut manusia untuk saling bersolidaritas dan menerima perbedaan itu sebagai suatu keindahan.
d.        Kerjasama diarahkan untuk mengedepankan tujuan bersama.
e.      Adanya kemajemukan dan pluralisme merupakan suatu fakta sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang tidak dapat ditolak dalam sejarah hidup manusia, baik secara lokal maupun nasional dan internasional.
Berbicara kemajemukan sama halnya dengan pluralisme. Meskipun demikian, di tengah kesamaan itu pasti ada yang membedakan antara kemajemukan dan pluralisme yang bisa menjadi suatu pertimbangan dan membuat manusia lebih peka dengan perbedaan tersebut. Perbedaan kemajemukan dan pluralisme adalah sebagai berikut:
a.    Kemajemukan mencakup keanekaragaman ras, budaya, suku dan agama. Sedangkan pluralisme lebih menonjol dalam hal perbedaan agama.
b.    Kemajemukan menuntut untuk membentuk satu kesatuan tanpa melihat perbedaan. Sedangkan pluralisme menunjuk kearah saling menghormati dan toleransi.
c.    Kemajemukan bersifat umum, sedangkan pluralisme bersifat religius.

4.        REALITAS DARI MAYARAKAT MAJEMUK DAN PLURALISME
Dalam konteks pemahaman pluralisme sebagaimana yang dipaparkan di atas, jelas bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman atau kebhinekaan dalam aspek-aspek berikut ini:
a.         Suku, yaitu di Indonesia terdapat 300 kelompok etnis dan sub etnis dengan beragam perbedaan bahasa dan dialek. Juga terdapat keturunan Cina, Arab, dan India yang hidup secara turun temurun di Indonesia.
b.         Agama, di Indonesia terdapat beberapa agama yang diakui Negara yaitu:
·          Agama Islam. Di Indonesia Agama Islam terbagi kedalam beberapa kelompok, yaitu Nahdatul Ulama, Muhamadyah, Persis, dan lain-lain.
·          Kristen, yaitu Katolik, Protestan dengan beberapa aliran yaitu Protestan arus Lutheran, Calvinis (Reformed, Presbyterian), Anglikan (Episkopal), Mennonit, Baptis, Metodis, Pentakostal, Kharismatik, Injili (Evangelical), Bala Keselamatan, Adventis, dan beberapan aliran yang masih dihubungkan dengan Kristen yaitu Saksi Jehova (Menara Pengawal), Mormon (tidak ada di Indonesia), Christian Science, Scientology, Gerakan zaman baru.
·          Hindu, Budha.
·          Kong Fu Cu, dan Agama-agama suku yang beraneka ragam.
d.         Budaya, terdapat beragam budaya di Indonesia. Pola kebudayaan yang berlandaskan penanganan penanaman padi dengan system irigasi (sawah), pola kebudayaan yang didasarkan pada penanganan penanaman padi dengan system perladangan. Selain dua kebudayaan ini, ada pengaruh kebudayaan dari luar seperti pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha, kebudayaan yang dipengaruhi Islam, Kristen dan Kong Fu Cu.
e.         Bahasa, di Indonesia terdapat 250 bahasa, dan 30 kelompok etnis.
f.          Pulau, di Indonesia terdapat kurang lebih 13.667 pulau. Ada pulau-pulau besar dan kecil.
g.         Ekonomi yaitu adanya beragam variasi mulai dari system pertanian sampai industri modern, lembaga keuangan juga bervariasi mulai dari system permodalan bank keliling (rentenir, tengkulak) sampai bank modern, juga akhir-akhir ini bank syariah, sosial yaitu dari segi demografi, penduduk Indonesia tersebar di desa terpencil yang homogeni sampai kota yang heterogen dengan tingkat status sosial yang berbeda (yang kaya bertambah kaya, yang miskin dimiskinkan) maupun politik.
Pokok-pokok di atas itulah yang dimaksudkan dengan realitas pluralisme masyarakat Indonesia. Realitas pluralisme demikian sering membuat masyarakat Indonesia rentang bahkan rawan terhadap konflik yang sering menelan korban, khususnya korban jiwa. Salah satu unsur pluralisme Indonesia yang rawan terhadap konflik adalah pluralisme agama. Adanya konflik di daerah-daerah tertentu karena alasan agama. Pemeluk Agama yang satu mengklaim agamanya yang paling benar, agama di luar dirinya adalah sesat/tidak benar bahkan dianggap kafir. Hal-hal ini menyebabkan harmonisasi kehidupan bermasyarakat sering mengalami konflik.
Dalam konteks demikian bagaimana melaksanakan Pendidikan Agama Kristen. Salah satu solusinya adalah melalui mata kuliah “PAK dalam Masyarakat Majemuk”. Dengan kata lain, bagaimana melaksanakan Pendidikan Agama Kristen dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tidak seiman namun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bersama dalam sebuah Negara yang dikenal dengan masyarakat majemuk (masyarakat pluralis).

5.        DASAR TEOLOGIS DARI MASYARAKAT MAJEMUK
Dasar teologis tentang masyarakat majemuk dalam uraian ini tidak bersifat biblika yaitu mencari refrensi ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan masyakat majemuk, kemudian dicari makna aslinya (eksegesis). Usaha eksegesis itu sangat penting. Akan tetapi dalam usaha memahami dasar teologis tentang masyarakat Pluralisme Indonesia, penulis  menggunakan pendekatan teologis. Yang di maksudkan dengan pendekatan teologis yaitu pembicaraan topik-topik tertentu secara lintas teks Alkitab, usaha memahami lintas teks ini bermaksud merangkum pemahaman tentang masyarakat majemuk.
Ketika membicarakan masyarakat majemuk, manusia perlu meletakkan percakapan masyarakat majemuk dalam dasar yang disebut dengan dasar teologis. Jika demikian apa dasar teologis dalam masyarakat majemuk. Ada beberapa dasar teologis tentang masyarakat majemuk seperti yang dijelaskan berikut ini:
a.        Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai ciptaan
Alkitab memulai kesaksiannya tentang masyarakat majemuk dengan dua manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa (bnd. Kej. 2) dari sinilah awal kemajemukan dalam kehidupan manusia. Ini semata-mata baik supaya manusia saling menolong. Selain itu perkembangan manusia melahirkan perbedaan-perbedaan dalam sosial, budaya, kekuasaan (politik), ekonomi dan lain-lain. Tegasnya Alkitab menyaksikan tentang masyarakat majemuk yang dimulai dengan Adam dan Hawa, Kain, Habel, Set, Nuh, Abraham dan seterusnya sampai umat Israel. Tegasnya secara teologis anggota dari masyarakat majemuk yaitu manusia adalah ciptaan Tuhan. Kitab Kejadian dan kitab-kitab dalam Alkitab membenarkan hal itu. Manusia dari suku, budaya, tingkat sosial, agama manapun, tetap manusia adalah ciptaan TUHAN.
b.        TUHAN memperhatikan semua manusia
Hal ini dapat di lihat dalam Kasus Yunus yang diutus ke Niniwe. TUHAN memberi perhatian terhadap lingkungan luar yaitu Niniwe dengan jalan mengutus Yunus salah satu anggota lingkungan dalam (umat pilihan) untuk menyatakan perhatian Tuhan terhadap orang lain (warga Niniwe) Yunus pasal 1.
c.         Rencana keselamatan bagi semua bangsa
Dalam Yoh. 3:16 di katakan bahwa karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini. Disini terlihat bahwa rencana keselamatan itu bukan hanya untuk bangsa pilihan (Israel) melainkan untuk semua orang. Allah tidak membeda-bedakan manusia (Allah tidak pilih kasih). Allah tidak hanya mengasihi orang Kristen melainkan Allah menerima semua orang tanpa memandang bangsa atau agama.

BAB II
MODEL PAK YANG MULTIKUTUR DAN INKLUSIF
1.        PENGERTIAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR
Pendidikan multicultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi yang berarti banyak, kultur berarti budaya, dan isme berarti aliran/paham. Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitas dengan kebudayaan masing-masing yang unik. Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggungjawab untuk hidup bersama komunitasnya.
Pendidikan multicultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang keanekaragaman cultural, hak-hak asasi manusia, serta pengurangan atau penghapusan berbagai jenis prasangka untuk membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju. Pendidikan multicultural juga dapat diartikan strategi/perencanaan untuk mengembangkan kesadaran akan kebanggaan seseorang terhadap bangsanya. Di Indonesia pendidikan multicultural relative baru dikenal sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang hetrogen, plural, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi yang diberlakukan sejak 1999.

2.        PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF
Pengertian inklusif digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka; mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya. Terbuka  dalam konsep lingkungan inklusif, berarti semua orang yang tinggal, berada dan beraktivitas dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat merasa aman dan nyaman mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya. Jadi, lingkungan inklusif adalah lingkungan sosial masyarakat yang terbuka, ramah, meniadakan hambatan dan menyenangkan karena setiap warga masyarakat tanpa terkecuali saling menghargai dan merangkul setiap perbedaan.
Melihat kemajemukan yang ada di Indonesia maka pendidikan agama yang cocok adalah pendidikan agama yang inklusif. Pendidikan inklusif adalah para murid diajak untuk merefleksikan realitas kemajemukan. Pendidikan inklusif berarti pengajaran agama harus lebih menekankan nilai-nilai pluralisme dan kebersamaan. PAK harus membebaskan murid dari sekat-sekat primordial. Jangan sampai PAK melemahkan kemampuan bertoleransi dan menguatkan fanatisme.

3.        CONTOH MODEL PAK YANG MULTIKULTUR DAN INKLUSIF
a.        Contoh PAK yang Multikultur
Pertentangan etnis yang terjadi di negeri ini mengajarkan betapa pentingnya pendidikan multicultural dan bagi masyarakat. Pada sentra-sentra kebudayaan, seperti kota-kota besar, di mana hidup berbagai macam etnis di dalamnya, pertemuan antar kebudayaan merupakan persoalan yang menarik. Pada prinsipnya, pendidikan multicultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan.  Untuk mendisain Pendidikan multicultural secara praktis memang tidak mudah. Akan tetapi untuk mewujudkan pendidikan multicultural maka perlu diperhatikan dua model:
1.      Dialog. Pendidikan multicultural tidak mungkin berlangsung tanpa dialog. Dalam pendidikan multicultural, setiap perbedaan dan kebudayaan yang ada berada dalam posisi yang sejajar dan sama. Tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi dari kebudayaan yang lain. Dialog meniscayakan adanya persamaan dan kesamaan di antara pihak-pihak yang terlibat. Anggapan bahwa kebudayaan tertentu lebih tinggi (superior) dari kebudayaan lain akan melahirkan: fasisme, nativisme, dan chauvinisme. Melalui dialog, diharapkan terjadi sumbang pemikiran yang pada gilirannya akan memperkaya kebudayaan atau peradaban yang bersangkutan. Kebudayaan manusia pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang sama, yang berbeda hanyalah kemasan budaya. Dialog diharapkan dapat mencari titik-titik persamaan sambil memahami titik-titik perbedaan antar kebudyaan. Bila hal ini tebangun maka terjalin relasi harmonis antar perbedaan dan kebudayaan yang ada.
2.      Toleransi. Toleransi adalah sikap menerima bahwa orang lain berbeda dengan kita. Dialog dan toleransi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bila dialog itu bentuknya, toleransi itu isinya. Sistem pendidikan kita selama ini terlalu menitikberatkan pada pengkayaan pengetahuan dan keterampilan tetapi mengabaikan penghargaan atas nilai-nilai budaya dan tradisi bangsa.
Pendidikan multikultural harus dimulai dari keluarga, sekolah, gereja, dll. Contoh penerapan pendidikan multikultural dalam keluarga adalah mengajar anak menonton mimbar agama lain. Dari situ anak diajak untuk memahami nilai-nilai yang sama atau yang berbeda dan memberikan pengertian kepada anak tersebut supaya dia bisa menerima perbedaan dan persamaan tersebut.
Contoh penerapan pendidikan multikultural di sekolah adalah peserta didik diajak untuk melihat nilai budaya lain sehingga peserta didik mengerti dan bisa menghargai yang berbeda budaya. Kelas di dekorasi dengan nuansa yang multikultur sehingga anak didik yang berbeda budaya tidak merasa di tolak.

b.        Contoh PAK yang Inklusif
Untuk membebaskan murid dari sekat-sekat primordial, pendidikan agama harus inklusif. Metode dialogis dan tidak indoktrinatif, mengajak murid untuk merefleksikan realitas kemajemukan dan menggali nilai-nilai spritualitas sosial. Materi pelajaran di sekolah harus bernuansa inklusif.
Contoh PAK yang inklusif di sekolah yaitu murid dibiasakan pertanyaan “Bagaimana menjadi sesama bagi orang lain?”, bukan selalu bertanya “Siapakah sesamaku?”. Dalam hal ini, Kitab Suci dan tradisi religius kaya dalam memberikan motivasi bagaimana hidup sebagai sesama dan menjadi sesama bagi orang lain.
PAK di sekolah harus di kembangkan guna menghasilkan insan muda yang tahu mengharigai perbedaan dan peka akan nilai-nilai kemanusiaan universal. Pendidikan agama harus memberi wawasan tentang kehidupan secara utuh. Murid juga harus menyadari bahwa tujuan hidup tertinggi adalah mengabdi kepada sesama.












BAB III
PRESENTASI
1.        LATAR BELAKANG PLURALISME DI INDONESIA
Pluralisme ada di Indonesia ditandai dengan kehidupan manusia yang beranekaragam baik dari segi agama, budaya, warna kulit, bentuk tubuh dan faktor sosial. Pluralisme adalah sikap menghargai, menerima dan memandang agama lain sebagai agama yang baik dan memiliki jalan keselamatan.  Misalnya agama Kristen mengakui keberadaan agama lain tetapi keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus.
Setiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas dialog dan kerjasama dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Orang Kristen jangan terlalu fanatik melihat orang yang berbeda agama dengan kita, tetapi kita harus bisa bergaul dan membuka diri dengan mereka. Membuka diri bukan berarti mengikuti mereka tetapi kita harus bisa berbagi dengan mereka. Sehingga dari kehidupan kita mereka bisa melihat dan menilai bagiamana kehidupan orang Kristen itu.

2.        STRATEGI, PENDEKATAN, SIKAP YANG PERLU DI HINDARI DAN  PERLU DILAKUKAN
Kasus: Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti diperhadapkan dengan orang yang berbeda agama dengan kita contohnya tetangga kita yang beragama Islam.  Apa yang perlu kita lakukan supaya  kita tidak merasa di asingkan oleh mereka dan sebaliknya? Atau dengan kata lain kita bisa menjalin hubungan baik dengan mereka?
a.             Strategi
Strategi adalah cara/metode yang perlu dilakukan untuk mencapai satu tujuan. Dari hasil presentasi ada beberapa strategi yang perlu kita lakukan:
·        Membuat arisan
·        Menjalin kerjasama
·        Ketika berkomunikasi hindari pemakaian kata Tuhan Yesus, cukup dengan kata Tuhan.
·        Mengadakan gotong royong
·        Ramah tamah
·        Terbuka

b.             Pendekatan
Pendekatan yang cocok kepada orang yang berbeda agama adalah pendekatan dialogis. Dialog beranjak dari anggapan bahwa tiap-tiap agama mempunyai tuntutan mutlak yang tidak dapat dipungkiri. Pendekatan dialog bukan berarti penyelarasan semua keyakinan melainkan pengakuan bahwa tiap-tiap orang beragama memiliki keyakinan yang teguh dan mutlak. Selain itu, keyakinan-keyakinan itu berbeda. Dalam berdialog dengan orang yang berbeda, dibutuhkan kematangan ego yang memadai supaya lawan bicara tidak merasa kalau mereka di sesuaikan.

c.              Sikap yang perlu dihindari
Hidup ditengah orang yang berbeda agama membuat kita untuk lebih peka dengan sikap hidup sehari-hari. Supaya tidak merasa di asingkan maka sikap yang perlu dihindari adalah:
·        Fanatisme
·        Suka membeda-bedakan
·        Egois
·        Memutar lagu rohani dengan volume yang sangat besar
·        Mengejek agama lain
·        Tidak menerima pemberian orang lain
·        Sensitivisme

d.             Sikap yang harus dilakukan
Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan supaya orang yang berbeda dengan kita bisa menerima perbedaan dan membuat kita nyaman adalah sebagai berikut:
·        Saling terbuka
·        Menerima perbedaan
·        Saling mengingatkan untuk kebaikan
·        Menerima teguran
·        Saling berbagi
·        Suka memberi
·        Tegur sapa
·        Saling membantu
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
 Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (konsistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi.
Hidup di tengah kemajemukan ini mengajak manusia untuk senantiasa bertoleransi dengan orang yang berbeda. Solidaritas sangat di junjung tinggi sehingga tujuan bersama bisa tercapai yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai seorang guru PAK, harus lebih teliti dalam melakukan setiap pengajaran di sekolah sehingga anak didik dilatih untuk tidak membeda-bedakan. Pendidikan multikultur sangat penting diterapkan sejak dini, dan cara belajar yang inklusif adalah salah satu cara yang sesuai untuk kemajemukan saat ini.



Sumber:
-        Internet
-        PAK dalam masyarakat majemuk, 2009, John M. Nainggolan, Bina Media Informasi: Bandung
-        Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan, 2009, Daniel Stefanus, BMI: Bandung